BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sulistyo
Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin “classis”.
Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas
yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat
dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke
dalam tata urutan sistematis. Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995)
mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada
sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau
golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Ruang perpustakaan
merupakan sarana yang penting dalam penyelenggaraan perpustakaan karena dalam
ruang ini segala aktivitas dan program perpustakaan dirancang dan
diselenggarakan. Suatu perpustakaan bukan hanya menyediakan ruang kemudian
mengisi dengan koleksi tetapi juga harus memperhatikan lokasi perpustakaan,
aspek penataan ruang, penataan perabot dan perlengkapan, alur petugas dan
penerangan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengklasifikasian
perpustakaan?
2.
Bagaimanakah cara penataan ruangan
pada perpustakaan ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara
pengklasifikasian perpustakaan.
2.
Untuk mengetahui cara penataan
ruangan pada perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengklasifikasian
Pustaka
a. Definisi
Klasifikasi Pustaka
Sulistyo
Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin “classis”.
Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas
yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat
dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke
dalam tata urutan sistematis. Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995)
mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada
sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau
golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama
Untuk
membantu pemakai perpustakaan dalam melakukan penelusuran bahan pustaka
yang dibutuhkan secara mudah dan cepat, diperlukan suatu sistem klasifikasi.
Sistem klasifikasi dalam dunia perpustakaan adalah :
A. Jenis – Jenis Penyusunan Pustaka
Dalam
sejarah klasifikasi,berbagai jenis bentuk penyusunan perpustakaan telah
digunakan, seperti pada masa Callimachus
ketika menjadi pustakawan Perpustakaan Alexandria ( tahun 1990 mulai dipugar
kembali oleh pemerintah Mesir) menggunakan Pinnakes
artinya katalog berdasarkan lokasi subjek bahan pustaka.
Ada pula
jenis penyusunan pustaka lain yaitu :
ü
Menurut warna bahan pustaka
ü
Besar kecil
ü
Tinggi rendah bahan pustaka
ü
Menurut pengarang,penerbit,atau
subjek.
ü
B. Tujuan Klasifikasi & Konsep
Dasar
Tujuan dasar
Tujuan
klasifikasi adalah berusaha menemukan kembali dokumen dimiliki perpustakaan
dengan tidak memandang besar kecilnya koleksi perpustakaan.
Bila dirinci lebih lanjut, tujuan klasifikasi pustaka
adalah :
a)
Menghasilkan
urutan yang bermanfaat
Dokumen disusun
menurut kelas berdasarkan hubungan timbal balik antara dokumen. Dengan kata
lain,dokumen berkaitan dikelompokkan dalam urutan berdekatan sedangkan kelas
berlainan akan dipisahkan.
b)
Penempatan
yang tepat
Pengembalian
dokumen harus pada tempatnya yang pasti,sesuai dengan klasifikasi yang
digunakan
c)
Penyusunan
Mekanis
Bila
penyusunan sudah berjalan maka biasanya pustakawan segan mengubahnya,pustakawan
menentukan urutan berikutnya dari dokumen yang ada.
d)
‘Tambahan
dokumen baru
Ada dua
kemungkinan,yaitu: (i) dokumen baru disisipkan pada subjek yang telah ada atau
(ii)membuat kelas baru karena kelas terrsebut belum termuat dalam bagan
klasifikasi
e)
Penarikan
dokumen dari rak
Klasifikasi
perpustakaan harus memungkinkan penarikan sebuah dokumen dari rak sehingga susunan
dokumen tidak terganggu akibat penarikan tersebut.
Konsep dasar
Gagasan tradisional klasifikasi
perpustakaan merupakan gagasan yang dipinjam dari prinsip logis atau filosofis
klasifikasi, klasifikasi dimulai dengan iniversum pengetahuansebagai keseluruhan,kemudian
dibagi dalam tahap berikutnya dalam bentuk kelas dan subkelas,setiap tingkat
ditandai dengan karakteristik tertentu,,biasanya dari umum ke spesifik.
C. Menganalisis Subjek Buku
Dalam
menganalisis subjek buku ada beberapa unsur yang harus dapat memberi petunjuk
yaitu:
1) Judul bukuà
kadang-kadang judul buku dapat menunjukkan subjek buku.
2) Kata
pengantar à terdapat
pada bagian pendahuluan buku,kadang kadang dapat menunjukkan subjek/isi karena
disana pengarang sering menjelaskan latar belakang penulisannya.
3) Daftar isi à daftar isi
yang dibuat sangat rinci kadang –kadang membantu kita untuk mengetahui subjek/isi
buku
4) Kata
pendahuluan à pada buku
yang baik kata pendahuluan merupakan uraian ringkas isi buku secara
keseluruhan,yang dibuat oleh pengarangnya sendiri.
D. Menentukan sandi/kode klasifikasi.
Sandi dan
kode adalah tanda yang dapat berujud gambar,huruf,angka,atau yang lain.
Setiap
sistem klasifikasi mempunyai kode/sandi,seperti DDC dan UDC menggunakan sandi
atau kode angka,sedangkan LC menggunakan sandi/kode huruf.
Untuk
menentukan sandi/kode klasifikasi,harus diketahui sistem klasifikasi yang
digunakan,ada banyak macam sistem klasifikasi yang dapat digunakan seperti DDC
(Dewey Decimal Classification),UDC(Universal Decimal Classification),LC
(Library of Congress Classification).
E. Sistem Klasifikasi
Sistem
klasifikasi adalah suatu bagan pengelompokkan pustaka atas dasar subjek atau
bentuk,berfungsi sebagai alat untuk mengelompokkan dan menyusun pustaka di rak
secara logis,dan menentukan lokasinya di rak.
1. Klasifikasi Artifisial
Sistem ini
adalah mengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat lainnya,
misal pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya, misalnya
ukuran, warna sampul, dan sebagainya.
2.
Klasifikasi
Utility
Pengelompokan
bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya. Misal, buku bacaan anak
dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan
buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi
(berdasar kegunaannya).
3.
Klasifikasi
fundamental
Pengelompokan
bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas
dalam suatu buku. Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai
beberapa keuntungan, diantaranya:
a. Bahan
pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.
b. Dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki dengan melihat subyek mana yang
lemah dan mana yang kuat.
c. Memudahkan
pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.
d. Memudahkan
pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
e. Untuk membantu
penyiangan atau weeding koleksi
Klasifikasi
fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil. Dalam sistem
tersebut buku dikelompokan berdasarkan subyek, sehingga memudahkan pemakai
dalam menelusur suatu informasi.
Yang termasuk klasifikasi
fundamental adalah :
a. Klasifikasi DDC (Dewey Decimal
Classification).
DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan
paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan
sistem desimal dengan angka arab sebagai simbol notasinya. Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification (DDC), juga disebut Sistem Desimal Dewey)
adalah sebuah sistem klasifikasi perpustakaan
yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851â??1931) pada tahun 1876, dan sejak saat
itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam duapuluh dua kali revisi
yang telah terjadi hingga tahun 2004.
Klasifikasi Dewey muncul pada sisi buku-buku koleksi
perpustakaan. Klasifikasi dilakukan berdasarkan subjek, kecuali untuk karya
umum dan fiksi. Kodenya ditulis atau dicetakkan ke sebuah stiker yang
dilekatkan ke sisi buku atau koleksi perpustakaan tersebut. Bentuk kodenya
harus lebih dari tiga digit; setelah digit ketiga akan ada sebuah tanda titik
sebelum diteruskan angka berikutnya.
Contoh kode:
330.94 = ekonomi Eropa, di mana 330 adalah kode untuk
ekonomi dan 94 untuk Eropa
Ada sepuluh kelas utama dalam klasifikasi Dewey.
Sepuluh kelas tersebut dibagi lagi kepada 10 bagian; yang lalu bisa dibagi lagi
kepada 10 bagian.
Sepuluh kelas utama tersebut adalah:
Sedangkan untuk kolesi pustaka Islam menggunakan
notasi 2x yang merupakan pejabaran dari notasi 297 pada notasi DDC. Berikut
adalah sepuluh kelas utamanya:
2 X 0 Islam (Umum)
2 X 1 Al-Quran dan Ilmu Terkait
2 X 2 Hadis dan Ilmu Terkait
2 X 3 Aqaid dan Ilmu Kalam
2 X 4 Fiqh
2 X 5 Akhlak dan Tasawuf
2 X 6 Sosial dan Budaya
2 X 7 Filsafat da Perkembangannya
2 X 8 Aliran dan Sekte
2 X 9 Sejarah, Islam dan Modernisasi
2 X 1 Al-Quran dan Ilmu Terkait
2 X 2 Hadis dan Ilmu Terkait
2 X 3 Aqaid dan Ilmu Kalam
2 X 4 Fiqh
2 X 5 Akhlak dan Tasawuf
2 X 6 Sosial dan Budaya
2 X 7 Filsafat da Perkembangannya
2 X 8 Aliran dan Sekte
2 X 9 Sejarah, Islam dan Modernisasi
b. Klasifikasi UDC (Universal
Decimal Classification).
UDC
sebenarnya merupakan perluasan dari klasifikasi DDC. Pertama kali diterbitkan
pada 1905 dengan nama Classification Decimal yang dikembangkan oleh FID
(Federation International Documentation). UDC pembentukan notasinya menggunakan
satu angka atau lebih. Klasifikasi ini mempunyai tabel tambahan yang berfungsi
untuk menyatakan adanya hubungan antar subyek satu dengan lainnya atau dengan
aspek-aspek tertentu yang ada dalam pokok persoalan.
Simbol +
pada UDC berfungsi untuk menggabungkan dua subyek.
Misal pertanian dan ekonomi adalah 63 + 33
Misal pertanian dan ekonomi adalah 63 + 33
Simbol :
(tanda titik dua) menunjukan aspek dari subyek tersebut.
Misal politik ekonomi adalah 32 : 33
Misal politik ekonomi adalah 32 : 33
c. Klasifikasi LC (Library of
Congress Classification)
Klasifikasi
ini mulai dikembangkan pada 1899 dan diterbitkan pertama kali pada 1901.
Klasifikasi ini disusun dengan menggunakan huruf dan angka sebagai simbol atas
dasar urutan abjad.
2. PENATAAN RUANG PERPUSTAKAAN
a. Tata Ruang Pustaka
Ruang
perpustakaan merupakan sarana yang penting dalam penyelenggaraan perpustakaan
karena dalam ruang ini segala aktivitas dan program perpustakaan dirancang dan
diselenggarakan. Suatu perpustakaan bukan hanya menyediakan ruang kemudian
mengisi dengan koleksi tetapi juga harus memperhatikan lokasi perpustakaan,
aspek penataan ruang, penataan perabot dan perlengkapan, alur petugas dan
penerangan. Bafadal (2004:47) mengemukakan penataan perpustakaan sekolah
mempunyai manfaat yaitu
- Dapat menciptakan suasana aman, nyaman, dan menyenangkan untuk belajar, baik bagi murid, guru dan pengunjung lainnya.
- Mempermudah murid, guru dan pengunjung lainnya dalam mencari bahan-bahan pustaka yang diinginkan.
- Petugas perpustakaan sekolah mudah memproses bahan-bahan pustaka, memberikan pelayanan, dan melakukan pengawasan.
- Bahan-bahan pustaka aman dari segala sesuatu yang dapat merusaknya.
- Memudahkan petugas perpustakaan sekolah dalam melakukan perawatan terhadap semua perlengkapan perpustakaan sekolah.
Kosasih
(2009:6) mengemukakan bahwa perpustakaan pada umumnya memiliki empat macam
ruangan diantaranya
- Ruang koleksi buku (rak-rak buku)
- Ruang baca
- Ruang pengolahan bahan pustaka dan ruang staf
- Ruang sirkulasi
b. Macam-macam sistem tata ruang
Merencanakan
tata ruang harus didasari dengan hubungan antar ruang yang dipandang dari segi
efisiensi, alur kerja, mutu layanan, keamanan dan pengawasan. Macam-macam
sistem tata ruang perpustakaan yaitu
1. Tata sekat
Tata sekat
merupakan cara pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari meja
pengunjung dengan cara penempatan koleksi yang terpisah oleh sekat antara meja
baca dan pengunjung.
2. Tata parak
Dalam sistem
ini pembaca dimungkinkan mengambil sendiri koleksi yang terletak di ruangan
lain kemusian dibonkan pinjam untuk dibaca di ruangan yang disediakan. Sistem
ini hampir sama dengan sistem tata sekat. Perbedaanya hanya terletak pada
pemakai yang dapat mengakses dan mengambil koleksi ke rak koleksi
3. Tata baur
Penempatan
koleksi dicampur dengan meja bacaan agar pembaca lebih mudah mengambil dan
mengembalikkan koleksi sendiri.
Untuk
memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan
ruangan perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang sebagai berikut:
- Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.
- Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.
- Jarak satu meubelair dengan lainnya dibuat agak lebar agar orang yang lewat lebih leluasa.
- Bagian-bagian yang mempunyai tugas sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.
- Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan seperti pengolahan, penjilidan dan pengetikan, hendaknya ditempatkan yang tidak tampak oleh khalayak umum (pengguna perpustakaan).
- Apabila memungkinkan, semua petugas dalam satu unit/ ruangan duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.
- Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus.
- Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa.
- Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi musibah/ kebakaran.
c. Hal – hal yang Di Perlukan
Pustakawan dalam mennunjang kelancaran tugas
Agar
menghasilkan penataan ruang perpustakaan yang optimal serta dapat menunjang
kelancaran tugas perpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa, sebaiknya
pustakawan perlu memperhatikan aspek/hal-hal berikut ini:
1. Aspek fungsional
Penataan
ruang harus mendukung kinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas
perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan. Penataan yang fungsional dapat
tercipta jika antar ruangan mempunyai hubungan yang fungsional dan bahan
pustaka, peralatan dan pergerakan pemakai perpustakaan dapat mengalir dengan
lancar. Antar ruang saling mendukung sehinggal betul-betul tercipta fungsi
penataan ruangan secara optimal.
2. Aspek psikologis pengguna
Tujuan
penataan ruangan adalah agar pengguna perpustakaan merasa nyaman, leluasa
bergerak di perpustakaan dan merasa tenang. Kondisi ini dapat diciptakan
melalui penataan ruangan yang harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan
hal perabot perpustakaan.
3. Aspek estetika
Keindahan
penataan ruang perpustakaan salah satunya bisa melalui penataan perabot yang
digunakan. Jika perpustakaan bersih dan penataannya serasi maka pemakai akan
merasa ingin berlama-lama berada di perpustakaan.
4.Aspek keamanan bahan pustaka
Keamanan bahan
pustaka bisa dikelompokkan dalam 2 bagian. Pertama faktor keamanan bahan
pustaka dari akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua adalah faktor
kerusakan/kehilangan bahan pustaka karena faktor manusia. Penataan ruang harus
memperhatikan kedua faktor tersebut. Hindari masuknya sinar matahari secara
langsung dengan intensitas cahaya yang tinggi, apalagi sampai mengenai koleksi
bahan pustaka. Penataan ruang yang fungsional mampu menciptakan pengawasan
terhadap keamanan koleksi perpustakaan secara tidak langsung dari kerusakan
faktor manusia.
Penataan
ruang perpustakaan sekolah juga memperhatikan beberapa hal antara lain penataan
meja dan kursi, penerangan, warna dan udara. Berikut akan dibahas
komponen-komponen tersebut. Dalam perpustakaan sekolah, penataan meja dan kursi
belajar yang baik dapat menimbulkan rasa nyaman, aman dan tenang bagi siswa.
Penataan meja dan kursi ini diintegrasikan dengan tempat atau rak-rak buku.
Perpustakaan sekolah juga hendaknya melakukan penataan meja dan kursi belajar
untuk berbagai kepentingan yaitu kepentingan belajar perseorangan, diskusi
kelompok dan kepentingan belajar kelompok.
Meja dan
kursi untuk kepentingan belajar kelompok sebaiknya ditata dan ditempatkan di
ruang-ruang tersendiri, yaitu ruang belajar kelompok. Hal ini dilakukan agar
tidak menimbulkan kegaduhan yang mengganggu orang lain yang sedang belajar
secara perorangan. Ruang belajar kelompok bisa dipakai 3 – 15 orang. Jika tidak
ada ruang untuk belajar kelompok, maka penempatan meja dan kursi untuk belajar
kelompok ditempatkan agak jauh dari tempat belajar perorangan atau dapat
dibatasi dengan rak-rak buku.(Bafadal, 2004:47)
Perpustakaan
sekolah juga membutuhkan penerangan agar pustakawan dan petugas perpustakaan
dapat menjalankan tugasnya dengan baik, efisien dan tanpa mengalami kesalahan.
Pengunjung perpustakaan juga memerlukan penerangan untuk membaca buku.
Penerangan yang baik adalah penerangan yang tidak melelahkan mata, tidak
mengurangi daya penglihatan dan tidak menyilaukan. Tata ruang perpustakaan yang
baik tidak akan menimbulkan ruangan menjadi gelap atau terlalu terang.
Penerangan yang dipakai untuk perpustakaan sekolah dapat menggunakan penerangan
buatan manusia dan penerangan alami.
1. Penerangan buatan manusia
Penerangan
buatan manusia bisa berupa sinar lampu. Hal yang perlu diperhatikan adalah
sinar lampu yang dipakai jangan bersifat langsung karena terlalu terang dan
menimbulkan bayangan. Sebaiknya sinarnya bersifat tidak langsung, sinar
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga sinar lampu memancar ke arah langit-langit
ruang perpustakaan sekolah dan oleh langit-langit dipantulkan kembali ke arah
permukaan ruang perpustakaan sekolah.
2. Penerangan alami
Penerangan
alami berupa sinar matahari, sehingga meja, kursi dan rak buku harus diatur
sedemikian rupa agar ruang perpustakaan memperoleh penerangan sinar matahari
yang baik. (Bafadal, 2004:48). Penataan ruang perpustakaan juga harus
memperhatikan warna dinding ruangan. Warna yang tepat akan mencegah kesilauan,
sebab warna yang disoroti oleh sinar akan memantulkan kembali sinar tersebut
sesuai dengan daya pantulnya. Oleh karena itu warna yang digunakan jangan
terlalu terang atau gelap. Gunakan warna yang bersifat sejuk.
Penataan
ruang perpustakaan juga harus memperhatikan udara agar pustakawan, petugas
perpustakaan dan pengunjung dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik, tenang
dan nyaman. Udara tidak boleh panas atau lembab. Udara yang panas akan membuat
orang menjadi ngantuk dan cepat lelah sedangkan udara yang lembab akan menekan
perkembangan kreativitas berpikir dan menimbulkan jamur yang dapat merusak
buku. Cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan
alat-alat modern seperti AC. Jika sekolah tidak mampu membelinya, maka cara
yang dapat dilakukan adalah menata ruang perpustakaan sekolah sedemikian rupa
sehingga lubang udara atau jendela tidak tertutup
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sulistyo
Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin “classis”.
Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas
yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat
dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke
dalam tata urutan sistematis. Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995)
mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada
sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau
golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama
B. Saran
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, kami mohon saran dan kritikan dari pembaca guna
kesempurnaan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar