Rabu, 04 Juni 2014

Klasifikasi Perpustakaan dan Penataan Perpustakaan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin “classis”. Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis. Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Ruang perpustakaan merupakan sarana yang penting dalam penyelenggaraan perpustakaan karena dalam ruang ini segala aktivitas dan program perpustakaan dirancang dan diselenggarakan. Suatu perpustakaan bukan hanya menyediakan ruang kemudian mengisi dengan koleksi tetapi juga harus memperhatikan lokasi perpustakaan, aspek penataan ruang, penataan perabot dan perlengkapan, alur petugas dan penerangan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengklasifikasian perpustakaan?
2.      Bagaimanakah cara penataan ruangan pada perpustakaan ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara pengklasifikasian perpustakaan.
2.      Untuk mengetahui cara penataan ruangan pada perpustakaan.




BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengklasifikasian Pustaka
a.       Definisi Klasifikasi Pustaka
Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin “classis”. Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis. Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama
Untuk membantu pemakai perpustakaan dalam melakukan penelusuran bahan pustaka yang dibutuhkan secara mudah dan cepat, diperlukan suatu sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi dalam dunia perpustakaan adalah :
A.    Jenis – Jenis Penyusunan Pustaka

Dalam sejarah klasifikasi,berbagai jenis bentuk penyusunan perpustakaan telah digunakan, seperti pada masa Callimachus ketika menjadi pustakawan Perpustakaan Alexandria ( tahun 1990 mulai dipugar kembali oleh pemerintah Mesir) menggunakan Pinnakes artinya katalog berdasarkan lokasi subjek bahan pustaka.
Ada pula jenis penyusunan pustaka lain yaitu :
ü  Menurut warna bahan pustaka
ü  Besar kecil
ü  Tinggi rendah bahan pustaka
ü  Menurut pengarang,penerbit,atau subjek.
ü   
B.     Tujuan Klasifikasi & Konsep Dasar

Tujuan dasar
Tujuan klasifikasi adalah berusaha menemukan kembali dokumen dimiliki perpustakaan dengan tidak memandang besar kecilnya koleksi perpustakaan.
Bila dirinci lebih lanjut, tujuan klasifikasi pustaka adalah :
a)    Menghasilkan urutan yang bermanfaat
Dokumen disusun menurut kelas berdasarkan hubungan timbal balik antara dokumen. Dengan kata lain,dokumen berkaitan dikelompokkan dalam urutan berdekatan sedangkan kelas berlainan akan dipisahkan.
b)    Penempatan yang tepat
Pengembalian dokumen harus pada tempatnya yang pasti,sesuai dengan klasifikasi yang digunakan
c)    Penyusunan Mekanis
Bila penyusunan sudah berjalan maka biasanya pustakawan segan mengubahnya,pustakawan menentukan urutan berikutnya dari dokumen yang ada.
d)   Tambahan dokumen baru
Ada dua kemungkinan,yaitu: (i) dokumen baru disisipkan pada subjek yang telah ada atau (ii)membuat kelas baru karena kelas terrsebut belum termuat dalam bagan klasifikasi
e)    Penarikan dokumen dari rak
Klasifikasi perpustakaan harus memungkinkan penarikan sebuah dokumen dari rak sehingga susunan dokumen tidak terganggu akibat penarikan tersebut.
Konsep dasar
Gagasan tradisional klasifikasi perpustakaan merupakan gagasan yang dipinjam dari prinsip logis atau filosofis klasifikasi, klasifikasi dimulai dengan iniversum pengetahuansebagai keseluruhan,kemudian dibagi dalam tahap berikutnya dalam bentuk kelas dan subkelas,setiap tingkat ditandai dengan karakteristik tertentu,,biasanya dari umum ke spesifik.
C.    Menganalisis Subjek Buku
Dalam menganalisis subjek buku ada beberapa unsur yang harus dapat memberi petunjuk yaitu:
1)      Judul bukuà kadang-kadang judul buku dapat menunjukkan subjek buku.
2)      Kata pengantar à terdapat pada bagian pendahuluan buku,kadang kadang dapat menunjukkan subjek/isi karena disana pengarang sering menjelaskan latar belakang penulisannya.
3)      Daftar isi à daftar isi yang dibuat sangat rinci kadang –kadang membantu kita untuk mengetahui subjek/isi buku
4)      Kata pendahuluan à pada buku yang baik kata pendahuluan merupakan uraian ringkas isi buku secara keseluruhan,yang dibuat oleh pengarangnya sendiri.

D.    Menentukan sandi/kode klasifikasi.

Sandi dan kode adalah tanda yang dapat berujud gambar,huruf,angka,atau yang lain.
Setiap sistem klasifikasi mempunyai kode/sandi,seperti DDC dan UDC menggunakan sandi atau kode angka,sedangkan LC menggunakan sandi/kode huruf.
Untuk menentukan sandi/kode klasifikasi,harus diketahui sistem klasifikasi yang digunakan,ada banyak macam sistem klasifikasi yang dapat digunakan seperti DDC (Dewey Decimal Classification),UDC(Universal Decimal Classification),LC (Library of Congress Classification).

E.     Sistem Klasifikasi

Sistem klasifikasi adalah suatu bagan pengelompokkan pustaka atas dasar subjek atau bentuk,berfungsi sebagai alat untuk mengelompokkan dan menyusun pustaka di rak secara logis,dan menentukan lokasinya di rak.
1.       Klasifikasi Artifisial
Sistem ini adalah mengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat lainnya, misal pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.
2.      Klasifikasi Utility
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya).
3.      Klasifikasi fundamental
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
a. Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang  dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.
c. Memudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.
d. Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
e. Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi
Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil. Dalam sistem tersebut buku dikelompokan berdasarkan subyek, sehingga memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi.
Yang termasuk klasifikasi fundamental adalah :
a. Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).
DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal dengan angka arab sebagai simbol notasinya. Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification (DDC), juga disebut Sistem Desimal Dewey) adalah sebuah sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851â??1931) pada tahun 1876, dan sejak saat itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam duapuluh dua kali revisi yang telah terjadi hingga tahun 2004.
Klasifikasi Dewey muncul pada sisi buku-buku koleksi perpustakaan. Klasifikasi dilakukan berdasarkan subjek, kecuali untuk karya umum dan fiksi. Kodenya ditulis atau dicetakkan ke sebuah stiker yang dilekatkan ke sisi buku atau koleksi perpustakaan tersebut. Bentuk kodenya harus lebih dari tiga digit; setelah digit ketiga akan ada sebuah tanda titik sebelum diteruskan angka berikutnya.
Contoh kode:
330.94 = ekonomi Eropa, di mana 330 adalah kode untuk ekonomi dan 94 untuk Eropa
Ada sepuluh kelas utama dalam klasifikasi Dewey. Sepuluh kelas tersebut dibagi lagi kepada 10 bagian; yang lalu bisa dibagi lagi kepada 10 bagian.
Sepuluh kelas utama tersebut adalah:
·  200 Agama
Sedangkan untuk kolesi pustaka Islam menggunakan notasi 2x yang merupakan pejabaran dari notasi 297 pada notasi DDC. Berikut adalah sepuluh kelas utamanya:
2 X 0 Islam (Umum)
2 X 1 Al-Quran dan Ilmu Terkait
2 X 2 Hadis dan Ilmu Terkait
2 X 3 Aqaid dan Ilmu Kalam
2 X 4 Fiqh
2 X 5 Akhlak dan Tasawuf
2 X 6 Sosial dan Budaya
2 X 7 Filsafat da Perkembangannya
2 X 8 Aliran dan Sekte
2 X 9 Sejarah, Islam dan Modernisasi
b. Klasifikasi UDC (Universal Decimal Classification).
UDC sebenarnya merupakan perluasan dari klasifikasi DDC. Pertama kali diterbitkan pada 1905 dengan nama Classification Decimal yang dikembangkan oleh FID (Federation International Documentation). UDC pembentukan notasinya menggunakan satu angka atau lebih. Klasifikasi ini mempunyai tabel tambahan yang berfungsi untuk menyatakan adanya hubungan antar subyek satu dengan lainnya atau dengan aspek-aspek tertentu yang ada dalam pokok persoalan.
Simbol + pada UDC berfungsi untuk menggabungkan dua subyek.
Misal pertanian dan ekonomi adalah 63 + 33
Simbol : (tanda titik dua) menunjukan aspek dari subyek tersebut.
Misal politik ekonomi adalah 32 : 33
c. Klasifikasi LC (Library of Congress Classification)
Klasifikasi ini mulai dikembangkan pada 1899 dan diterbitkan pertama kali pada 1901. Klasifikasi ini disusun dengan menggunakan huruf dan angka sebagai simbol atas dasar urutan abjad.
2. PENATAAN RUANG PERPUSTAKAAN
   a. Tata Ruang Pustaka
Ruang perpustakaan merupakan sarana yang penting dalam penyelenggaraan perpustakaan karena dalam ruang ini segala aktivitas dan program perpustakaan dirancang dan diselenggarakan. Suatu perpustakaan bukan hanya menyediakan ruang kemudian mengisi dengan koleksi tetapi juga harus memperhatikan lokasi perpustakaan, aspek penataan ruang, penataan perabot dan perlengkapan, alur petugas dan penerangan. Bafadal (2004:47) mengemukakan penataan perpustakaan sekolah mempunyai manfaat yaitu
  1. Dapat menciptakan suasana aman, nyaman, dan menyenangkan untuk belajar, baik bagi murid, guru dan pengunjung lainnya.
  2. Mempermudah murid, guru dan pengunjung lainnya dalam mencari bahan-bahan pustaka yang diinginkan.
  3. Petugas perpustakaan sekolah mudah memproses bahan-bahan pustaka, memberikan pelayanan, dan melakukan pengawasan.
  4. Bahan-bahan pustaka aman dari segala sesuatu yang dapat merusaknya.
  5. Memudahkan petugas perpustakaan sekolah dalam melakukan perawatan terhadap semua perlengkapan perpustakaan sekolah.
Kosasih (2009:6) mengemukakan bahwa perpustakaan pada umumnya memiliki empat macam ruangan diantaranya
  1. Ruang koleksi buku (rak-rak buku)
  2. Ruang baca
  3. Ruang pengolahan bahan pustaka dan ruang staf
  4. Ruang sirkulasi
b.      Macam-macam sistem tata ruang
Merencanakan tata ruang harus didasari dengan hubungan antar ruang yang dipandang dari segi efisiensi, alur kerja, mutu layanan, keamanan dan pengawasan. Macam-macam sistem tata ruang perpustakaan yaitu
1.      Tata sekat
Tata sekat merupakan cara pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari meja pengunjung dengan cara penempatan koleksi yang terpisah oleh sekat antara meja baca dan pengunjung.
2.      Tata parak
Dalam sistem ini pembaca dimungkinkan mengambil sendiri koleksi yang terletak di ruangan lain kemusian dibonkan pinjam untuk dibaca di ruangan yang disediakan. Sistem ini hampir sama dengan sistem tata sekat. Perbedaanya hanya terletak pada pemakai yang dapat mengakses dan mengambil koleksi ke rak koleksi
3.      Tata baur
Penempatan koleksi dicampur dengan meja bacaan agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikkan koleksi sendiri.
Untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan ruangan perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang sebagai berikut:
  1. Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.
  2. Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.
  3. Jarak satu meubelair dengan lainnya dibuat agak lebar agar orang yang lewat lebih leluasa.
  4. Bagian-bagian yang mempunyai tugas sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.
  5. Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan seperti pengolahan, penjilidan dan pengetikan, hendaknya ditempatkan yang tidak tampak oleh khalayak umum (pengguna perpustakaan).

  1. Apabila memungkinkan, semua petugas dalam satu unit/ ruangan duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.
  2. Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus.
  3. Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa.
  4. Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi musibah/ kebakaran.
c.       Hal – hal yang Di Perlukan Pustakawan dalam mennunjang kelancaran tugas
Agar menghasilkan penataan ruang perpustakaan yang optimal serta dapat menunjang kelancaran tugas perpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa, sebaiknya pustakawan perlu memperhatikan aspek/hal-hal berikut ini:
1.      Aspek fungsional
Penataan ruang harus mendukung kinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan. Penataan yang fungsional dapat tercipta jika antar ruangan mempunyai hubungan  yang fungsional dan bahan pustaka, peralatan dan pergerakan pemakai perpustakaan dapat mengalir dengan lancar. Antar ruang saling mendukung sehinggal betul-betul tercipta fungsi penataan ruangan secara optimal.
2.      Aspek psikologis pengguna
Tujuan penataan ruangan adalah agar pengguna perpustakaan merasa nyaman, leluasa bergerak di perpustakaan dan merasa tenang. Kondisi ini dapat diciptakan melalui penataan ruangan yang harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan hal perabot perpustakaan.
3.      Aspek estetika
Keindahan penataan ruang perpustakaan salah satunya bisa melalui penataan perabot yang digunakan. Jika perpustakaan bersih dan penataannya serasi maka pemakai akan merasa ingin berlama-lama berada di perpustakaan.
4.Aspek keamanan bahan pustaka
Keamanan bahan pustaka bisa dikelompokkan dalam 2 bagian. Pertama faktor keamanan bahan pustaka dari akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua adalah faktor kerusakan/kehilangan bahan pustaka karena faktor manusia. Penataan ruang harus memperhatikan kedua faktor tersebut. Hindari masuknya sinar matahari secara langsung dengan intensitas cahaya yang tinggi, apalagi sampai mengenai koleksi bahan pustaka. Penataan ruang yang fungsional mampu menciptakan pengawasan terhadap keamanan koleksi perpustakaan secara tidak langsung dari kerusakan faktor manusia.
Penataan ruang perpustakaan sekolah juga memperhatikan beberapa hal antara lain penataan meja dan kursi, penerangan, warna dan udara. Berikut akan dibahas komponen-komponen tersebut. Dalam perpustakaan sekolah, penataan meja dan kursi belajar yang baik dapat menimbulkan rasa nyaman, aman dan tenang bagi siswa. Penataan meja dan kursi ini diintegrasikan dengan tempat atau rak-rak buku. Perpustakaan sekolah juga hendaknya melakukan penataan meja dan kursi belajar untuk berbagai kepentingan yaitu kepentingan belajar perseorangan, diskusi kelompok dan kepentingan belajar kelompok.
Meja dan kursi untuk kepentingan belajar kelompok sebaiknya ditata dan ditempatkan di ruang-ruang tersendiri, yaitu ruang belajar kelompok. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kegaduhan yang mengganggu orang lain yang sedang belajar secara perorangan. Ruang belajar kelompok bisa dipakai 3 – 15 orang. Jika tidak ada ruang untuk belajar kelompok, maka penempatan meja dan kursi untuk belajar kelompok ditempatkan agak jauh dari tempat belajar perorangan atau dapat dibatasi dengan rak-rak buku.(Bafadal, 2004:47)
Perpustakaan sekolah juga membutuhkan penerangan agar pustakawan dan petugas perpustakaan dapat menjalankan tugasnya dengan baik, efisien dan tanpa mengalami kesalahan. Pengunjung perpustakaan juga memerlukan penerangan untuk membaca buku. Penerangan yang baik adalah penerangan yang tidak melelahkan mata, tidak mengurangi daya penglihatan dan tidak menyilaukan. Tata ruang perpustakaan yang baik tidak akan menimbulkan ruangan menjadi gelap atau terlalu terang. Penerangan yang dipakai untuk perpustakaan sekolah dapat menggunakan penerangan buatan manusia dan penerangan alami.
1.      Penerangan buatan manusia
Penerangan buatan manusia bisa berupa sinar lampu. Hal yang perlu diperhatikan adalah sinar lampu yang dipakai jangan bersifat langsung karena terlalu terang dan menimbulkan bayangan. Sebaiknya sinarnya bersifat tidak langsung, sinar tersebut diatur sedemikian rupa sehingga sinar lampu memancar ke arah langit-langit ruang perpustakaan sekolah dan oleh langit-langit dipantulkan kembali ke arah permukaan ruang perpustakaan sekolah.
2.      Penerangan alami
Penerangan alami berupa sinar matahari, sehingga meja, kursi dan rak buku harus diatur sedemikian rupa agar ruang perpustakaan memperoleh penerangan sinar matahari yang baik. (Bafadal, 2004:48). Penataan ruang perpustakaan juga harus memperhatikan warna dinding ruangan. Warna yang tepat akan mencegah kesilauan, sebab warna yang disoroti oleh sinar akan memantulkan kembali sinar tersebut sesuai dengan daya pantulnya. Oleh karena itu warna yang digunakan jangan terlalu terang atau gelap. Gunakan warna yang bersifat sejuk.
Penataan ruang perpustakaan juga harus memperhatikan udara agar pustakawan, petugas perpustakaan dan pengunjung dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik, tenang dan nyaman. Udara tidak boleh panas atau lembab. Udara yang panas akan membuat orang menjadi ngantuk dan cepat lelah sedangkan udara yang lembab akan menekan perkembangan kreativitas berpikir dan menimbulkan jamur yang dapat merusak buku. Cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan alat-alat modern seperti AC. Jika sekolah tidak mampu membelinya, maka cara yang dapat dilakukan adalah menata ruang perpustakaan sekolah sedemikian rupa sehingga lubang udara atau jendela tidak tertutup
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin “classis”. Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis. Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama
B.     Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami mohon saran dan kritikan dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar